free portfolio web templates

Bagi seorang pelaut Nusantara, kebanyakan jenis perahu dapat digolongkan dengan tiga cara: Ada istilah yang menandai jenis layarnya, ada yang menggambarkan bentuk lambung, dan ada pun yang berasal dari cara dan tujuan pemakaian perahu itu.  Ya, istilah-istilah kepelautan dan pelayaran agaknya rumit bagi orang yang awam akannya – tetapi bagaimana pun, bagi pelaut dan pengrajin perahu Nusantara perbedaan antara berbagai tipe perahu itu sejelas perbedaan antara rumah-rumah tradisional atau model-model mobil bagi ‘seorang darat’.


Pembuatan kendaraan laut ‘asli Nusantara’ berbeda secara mendasar dari yang dibuat ‘secara Barat’: ‘Perahu’ Nusantara dibangun dengan menyusun (sebagian) lambungnya dari papan yang disambung dengan pengikat atau pasak sebelum memasang kerangkanya ('gading-gading'); ‘kapal’ yang bermodel ‘Barat’ dibuat dengan mendirikan dahulu gading-gadingnya yang berikutnya ‘dilapisi’ dengan papan.  Dengan ini, cara mengonsepkan konstruksinya pun berbeda – untuk merancang sebuah lambung, pengrajin perahu Nusantara menciptakan berbagai pola penyusunan papan, sementara di 'Barat' bentuk sebuah kapal kayu ditentukan dengan rangkaian kurva yang dihasilkan gading-gadingnya.

Lambung replika sebuah perahu padewakang
Maket lambung sebuah sekunar pandu Amerika, awal abad ke-20, Peabody Museum

Berbeda pula dengan kebanyakan kapal layar historis buatan ‘Barat’ yang buritannya bersegi-empat, perahu-perahu tradisional Nusantara pada umumnya berburitan lancip; dan sementara lunas dan linggi, balok kayu haluan dan buritan kapal ‘Barat’ sering lurus dan dipasang secara bersudut, pada kebanyakan perahu Nusantara lunas dan linggi melengkung bak bulan yang baru.

Bagaimana pun, para pelaut dan pengrajin perahu sejak terdahulu “sangat tertarik akan penerapan berbagai inovasi yang memudahkan dan mengefisienkan lalu lintas laut.  Dalam sektor masyarakat itu terdapat banyak orang yang bersedia dan berkemauan untuk berinovasi, dan [mereka] sama sekali tidak bekerja dengan mengikuti tradisi-tradisi saja” (1, hlm. 149) – alhasil, sudah jauh sebelum kedatangan para saudagar-advonturir Eropa mereka mengadopsi berbagai teknologi yang mereka saksikan pada kapal asal luar Nusantara, dan mengintegrasikannya dalam tradisi kemaritiman Nusantara yang sudah berlangsung ribuan tahun.  Perpaduan berbagai teknologi inilah yang menjadi dasar bagi tipe-tipe perahu yang kini dapat kita temui. 

Salah satu tugas program riset ini adalah mendokumentasikan jenis-jenis perahu Sulawesi Selatan, baik yang masih eksis maupun yang sudah tidak digunakan lagi.