Sampai tahun 1960-an, kebanyakan lambung perahu dibangun dengan mengikuti salah satu pola tatta, sistem reka bangun ‘tradisional’ yang menjadi ciri khas teknologi pembuatan perahu Sulawesi Selatan. Selain daripada menentukan pola penyusunan papan, blueprint lambung tatta itu dirancang agar ratusan pasak kayu yang menautkan papan-papannya dan menyambungnya dengan gading-gading tidak saling berbenturan.
Bagaimana pun, sejak tipe-tipe lambung 'tradisional' makin diganti dengan perahu yang dilengkapi mesin penggerak maka pola rancang bangun itu ditinggalkan.
Pada lambung perahu yang dibangun tanpa sistem tatta itu kemungkinan besar pasak kayu antar papan dan yang menghubungkan papan dengan gading-gading dapat saling ‘kena’, suatu hal yang mengurangi daya tahannya dengan berarti.
Salah satu tujuan program riset ini adalah menciptakan sebuah pola ‘tatta baru’ yang dapat menghindari hal tersebut.